BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Etika merupakan cara berpikir mengenai perilaku manusia di bawah
pangkal tolak pandangan baik dan buruk atau benar dan salah dari norma-norma
dan nilai-nilai, pertanggungjawaban dan pilihan. Dalam dunia bisnis etika memeiliki peranan
yang sangat penting ketika keuntungan bukan lagi menjadi satu-satunya tujuan
organisasi. Bisnis juga akan menjadi lebih sukses jika mempunyai perhatian pada
etika, karena hal ini akan meningkatkan reputasi organisasi dan meningkatkan motivasi
karyawan serta dapat mengurangi berbagai kerugian akibat perilaku yang kurang
etis yang dilakukan oleh karyawan. Perilaku yang tidak etis seperti
minum-minuman keras, penggunaan obat-obatan terlarang di temapt kerja,
penyalahgunaan email, tidak melaporkan pelanggaran karyawan lain kepada
manajemen, serta berbagai pelanggaraan etika lainnya. Hal ini dapat menjadi
sesuatu yang serius mengingat perilaku yang tidak etis dapat menjurus kearah
tindakan kriminal serta perilaku lain yang merugikan perusahaan, naik finansial
maupun nonfinansial. Banyak sebab yang menjadikan perilaku yang tidak etis yang
ditunjukkan karyawan tersebut muncul. Hal ini terkait pada individu karyawan
saja, tetapi juga menyangkut keseluruhan proses dalam organisasi. Dalam hal ini
manajemen sumber daya manusia mempunyai peran penting untuk menjamin bahwa
organisasi bertindak secara fair danetis karyawan , klien, serta stakeholder
lainnya. Manajemen sumber daya manusia memainkan peran penting dalam membantu organisasi untuk meningkatkan
nilai-nilai etika organisasi. Manajemen merupakan pendorong organisasi dalam
usaha melatih karyawan agar mempunyai etika bisnis yang sesuai dengan
organisasi, sehingga tindakan kurang etis dapat di cegah. Fungsi manajemen
sumber daya manusia adalah melindungi organisasi dari tindakan yang tidak etis
dari karyawan. Manajemen sumber daya manusia juga bertanggung jawab dalam
usaha-usaha organisasi untuk menangani etika perilaku, dapat mampu menjadi
penggerak dalam organisasi dalam
menanggani isu-isu etika, serta bertanggung jawab dalam pengembangan dan
pelatihan mengenai pentingnya peningkatan moral karyawan.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka permasalahan
yang akan dibahas adalah “ Apakah Etika
Sumber Daya Manusia ?”
1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui etika sumber
daya manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Etika
Untuk memahami apakah “
etika “ maka perlu membandingkanny dengan moralitas. Baik etika dan moralitas sering
dipakai secara dapatdipertukarkan dengan pengertian yang sering disamakan
begitu saja.Sehubungan dengan hal tersebut, secara teoritis dapat membedakan
dupengertian etika ---ئ yaitu berasal dari
bahasa Yunani “ Ethos “ berarti adat istiadat atau kebiasaan.
Sehingga dalam pengertian ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang
baik, baik pada diri seseorang maupun suatu masyarakat atau kelompok
masyarakat. Hal ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup
yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasan yang dianut dan
diwariskan dari satu orang ke orang lain atau dari satu generasi ke generasi
yang lainnya.
Pengertian tersebut
relatif sama dengan moralitas. Moralitas berasal dari bahasa latin “Mos” yang
dalam bentuk jamaknya “ Mores” berarti adat istiadat atau
kebiasaan. Jadi pengeertai secara umum , etika dan moralitas ,sama-sama berarti
sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia yang
telah di institusinalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang kemudian
terwujud dalam pola perilaku yang konsisten dan berulang dalam kurun waktu yang
lama sebaimana layaknya sebuah kebiasaan.
Kedua, etika juga
dipahami dalam pengertian yang sekaligus berbeda dengan moralitas. Dalam
pengertian kedua ini etika mempunyai pengertian yang jauh lebih luas dari
moralitas dan etika dalam pengertian pertama diatas. Etika dalam pengertian
kedua ini sebagai filsafat moral , atau ilmu yang membahas nilai dan noerma
yang diberikan oleh moralitas dan etika dalam pengertian pertama. Dengan
demikian, etika dalam pengertian yang pertama berisikan nilai dan
norma-norma konkrit yang menjadi pedoman dan pegangan hisup manunia dalam
kehidupanya. Hal ini berkaitan dengan perintah dan larangan langsung yang
nyata. Dan pengertain etika pada kedua adalah lebih normatif dan
oleh karena itu mengikat setiap pribadi manusia.Dengan demikian, etika dalam
pengertian kedua dapat dirumuskan sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai
:
a.
nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia harus
hidup baik
sebagai
manusia .
b.masalah-masalah
kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan norma-norma moral yang umum diterima.
Menurut Magnis
Suseno , Etika adalah Sebuah ilmu dan bukan ajaran, yang menurutnya
adalah etika dalam pengertian kedua. Sebagai ilmu yang terutama
menitik-beratkan refleksi kritis dan rasional, etika dalam kedua ini
mempersoalkan apakah nilai dan norma moral tertentu harus dilaksanakan dalam
siuasi konkret tertentu yang dihadapai seseorang. Sehingga , etika membutuhkan evaluasi
kritis atas semua seluruh situasi yang terkait. Dibutuhkan semua informasi
seluas dan selengkap mungkin baik menyangkut nilai dan norma moral, maupun
informasi empiris tentang situasi yang bahkan belum terjadi atau telah terjadi
untuk memungkinkan seseorang.bisa mengambil keputusan yang tepat, baik tentang
tindakan yang akan dilakukan maupun tentang tindkan yang telah dilakukan oleh
pihak tertentu. Dalam hal ini, masuk beberapa pertimbangan mengenai : motif,
tujuan, akibat pihak terkait, dampaknya, besarnya resiko bila dibandingkan
manfaat, keadaan prsikis pelaku, tindakan intelegensi dan sebagainya..
Dalam bahasa Kant, etika berusaha
menggugah kesadaran manusia untuk bertindak seara otonom dan bukan secara
heteronom. Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas tetapi
dapat dipertanggung-jawabkan. Kebebasan dan tanggung-jawab adalah unsure pokok
dari otonomi moral yang merupakan salaah satu prinsip utama moralitas, termasuk
etika.
2.2. Pengertian Manajemen
Sumber Daya Manusia
Manajemen SDM
(sumber daya manusia) merupakan suatu proses menangani berbagai masalah pada
ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja
lainnya, untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Bagian atau unit yang biasanya mengurusi SDM adalah departemen sumber
daya manusia atau HRD (human resource
department).
Menurut A.F. Stoner, manajemen SDM merupakan suatu
prosedur yang berkelanjutan, yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau
perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan
jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya.
Fungsi operasional dalam Manajemen SDM merupakan dasar pelaksanaan
proses MSDM yang efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi/perusahaan.
Fungsi operasional tersebut terbagi lima, secara singkat sebagai
berikut:
1.
Fungsi Pengadaan, yaitu proses penarikan
seleksi,penempatan,orientasi,dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai kebutuhan
perusahaan (the right man in the right place).
2.
Fungsi Pengembangan, yaitu proses peningkatan
ketrampilan teknis,teoritis,konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan
dan pelatihan. Pendidikan
dan latihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini
maupun masa depan.
3.
Fungsi Kompensasi, yaitu pemberian balas jasa langsung
dan tidak lansung berbentuk uang atau barang kepada karyawan sebagai imbal jasa
(output) yang diberikannya kepada perusahaan. Prinsip kompensasi
adalah adil dan layak sesuai prestasi dan tanggung jawab karyawan tersebut.
4.
Fungsi Pengintegrasian, yaitu kegiatan untuk
mempersatukan kepentingan perusahaan
dan kebutuhan karyawan, sehingga tercipta kerjasama yang serasi dan saling
menguntungkan. Dimana Pengintegrasian adalah hal yang penting dan sulit dalam
Manajemen SDM, karena mempersatukan dua aspirasi/kepentingan yang bertolak
belakang antara karyawan dan perusahaan.
5.
Fungsi Pemeliharaan, yaitu kegiatan untuk memelihara
atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan agar tercipta
hubungan jangka panjang. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) .
Tidak bisa dipungkiri, perubahan teknologi yang sangat cepat, memaksa
organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan usahanya. Perubahan tersebut
telah menggeser fungsi-fungsi manajemen SDM yang selama ini hanya dianggap
sebagai kegiatan administrasi, yang berkaitan dengan perekrutan
pegawai staffing, coordinating yang dilakukan oleh bagian personalia saja. Saat
ini manajemen SDM berubah dan fungsi spesialisasi yang berdiri sendiri menjadi
fungsi yang terintegrasi dengan seluruh fungsi lainnya di dalam organisasi,
untuk bersama-sama mencapai sasaran yang sudah ditetapkan serta memiliki fungsi
perencanaan yang sangat strategik dalam
organisasi, dengan kata lain fungsi SDM lama menjadi lebih bersifat strategik.
Oleh karena itu, manajemen SDM mempunyai kewajiban untuk memahami perubahan
yang semakin komplek yang selalu terjadi di lingkungan bisnis. Ia juga harus
mengantisipasi perubahan teknologi, dan memahami dimensi
internasional yang mulai memasuki bisnis, akibat informasi yang berkembang
cepat. Perubahan paradigma dari manajemen SDM tersebut telah memberikan fokus
yang berbeda dalam melaksanakan fungsinya didalam organisasi. Ada kecenderungan
untuk mengakui pentingnya SDM dalam organisasi dan pemusatan perhatian pada
kontribusi fungsi SDM bagi keberhasilan pencapaian tujuan strategi
perusahaan. Hal ini dapat dilakukan perusahaan dengan mengintegrasikan
pembuatan keputusan strateginya dengan fungsi-fungsi SDM. Dengan demikian, maka
akan semakin besar kesempatan untuk memperoleh keberhasilan.
Berdasarkan uraian pengertian etika dan manajemen sumber daya manusia
maka etika manajemen sumber daya manusia
dapat diartikan sebagai ilmu yang
menerapkan prinsip-prinsip etika tehadap hunungan dengan sumber daya manusia
dan kegiataannya.
2.3. Konsekuensi Dari Perilaku
Yang Tidak Etis
Perilaku etis sangat penting dalam kesuksesan bisnis jangka panjang.
Tapi apabila yang timbul dan tumbuh adalah perilaku yang tidak etis maka akan
berakibat yang tidak inginkan. Dilihat dari dua perspektif yaitu perspektif
mikro dan perspeltif makro. Perspektif mikro etika diasosiasikan dengan adanya
kepercayaan. Kepercayaan yang dibangun melalui perilaku etika akan mempengaruhi
hubungan perusahaan dengan supplier, customer maupun dengan karyawan.Apabila
kepercayaan dibangun melakui perilaku yang tidak etis maka kepercayaan customer
akan berkurang kepada karyawan maupun organisasi. Sedangkan perspektif makro
etika meliputi suap-menyuap, paksaan, penyalahgunaan informasi, pencurian dan
diskriminasi akan mengakibatkan inefisiensi dalam pengalokasian sumberdaya.
2.4. Sebab Perilaku Yang Tidak
Etis
Penyebab perilaku tidak etis meliputi tiga aspek yaitu:karyawan
memiliki kemampuan kognitif yang rendah menyebabkan tingkat penerimaan yang
kurang baik, adanya pengaruh orang lain, keluarga ataupun norma sosial menjadi
lebih menentukan dalam mempengaruhi perilaku karyawan, adanya ethical dilemma
yaitu situasi yang menyebabkan adanya pilihan-pilihan yang muncul yang
berpotensi menghasilkan perilaku yang tidak dapat diterima, ethical dilemma
muncul dikarena adanya ketidaksesuaian antara personel, organisasional dan
profesional.
2.5. Konsep Etika Bukan Sekedar Kode Etik
Kode etik menetapkan aturan
kehidupan organisasi, termasuk tanggung-jawab professional, pengembangan
professional, kepemimpinan yang etis, kejujuran dan keadilan, konflik
kepentingan, dan megunakan informasi. Banyak organisasi yang mempunyai
kode etik yang formal dalam organisasi tetapi pengaruh kode etik dalam perilaku
anggotanya perlu dipertanyakan. Banyak anggota yang menganggap kode etik hanya
sebagai hiasan saja. Kode etik perusahaan tidak akan efektif jika tidak
didukung dengan norma-norma informal yang berlaku. Bagaimanapun juga kode etik
harus sesuai dengan norma-norma dalam organisasi , disebarluaskan kepada
karyawan dan benar-benar dijalankan. Kode etik perusahaan belum bisa mampu membangun sebuah peusahaan etis.
Oleh sebab itu perlu adanya konsep etika yang matang yang tidak hanya mampu
mengurangi kerugian yang berakibatkan perilaku karyawann yang tidak etis,
tetapi juga membuat suatu konsep etika yang mampu membangun budaya etis
organisasial.
Salah
satu prinsip dasar dari kode etik perhimpunan Manajer SDM dan Standar
Profesional dalam MSDM ditetapkan bahwa ” Sebagai Profesioanl SDM, mempunyai
tanggung-jawab untuk memberikan nilai tambah pada organisasi yang dilayani dan
memberikan kontribusi bagi keberhasilan etika organisasi”.
Manajer
SDM dapat membantu mendorong budaya etis, artinya lebih dari sekedar
menggantung poster kode etik di dinding. Sebaliknya, karena pekerjaan utama
profesional SDM adalah berhubungan dengan orang, mereka harus membantu untuk
mempraktekkan etika ke dalam budaya perusahaan. Mereka perlu membantu membangun
lingkungan di mana karyawan bekerja di seluruh organisasi untuk mengurangi
penyimpangan etika.
2.6. Perencanaan
Strategi Konsep Etika
Manajemen sumber daya manusia tidak hanya berperan sebagai penyusunan
kode etik perusahaan, merncanakan sumber daya manusia yang etis yang mampu
menciptakan nilai tambah ekonomi juga harus berperan sebagai perencanaan
strategi konsep etika.langkah-langkahnya:
1.
Menentukan standar etika yang ingin ditanamkan.
2.
Mengindentifikasi faktor-faktor etis kritikal yang
dapat digunakan dalam mendorongnya konsep etika perusahaan.
3.
Mengindentifikasi kemampuan, prosedur, kompetensiyang
diperlukan.
4.
Mengintegrasikan konsep etika dalam strategi bisnis
yang dilakukan.
5.
Mengembangkan langkah-langkah konkret yang dapat
digunakan dalam mengimplementasikan, mengawasi dan mengevaluasi konsep etika
yang dijalankan.
2.7. Implementasi
Konsep Etika Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia, konsep etika dapat di implementasikan
dalam bentuk pengawasan organisasaional yang didasarkan pada sosialisasi
aturan-aturan, memonitor perilaku dan disilpin karyawan, serta mempengaruhi
perilaku melalui pemberian hukuman bagi mereka yang sering melanggar etika.
Penerapan yang terlalu kuat pada konsep etika yang berorentasi pada pemenuhan
etika tersebut, mempunyai akibat yang kurang baik pada outcome yang dihasilkan,
karena perhatian karyawan akan tertumpu pada usaha-usaha untuk menghindari
hukuman saja. Dengan demikian, hanya akan tercipta atmosfir dimana karyawan
berusaha untuk tidak tekena hukuman, sedangkan keinginan ataupun cita-cita
untuk meningkatkan mentalitas yamg lebih etis dan bermoral mungkin kurang dapat
diwujudkan. Pemenuhan etika secara umum dapat membantu mengurangi pelanggaran
etika meskipun tidak mempunyai derajat yang sama dengan konsep etika yang
berorentasi pada penanaman nilai-nilai etika.
Tujuan utama dalam konsep penanaman nilai-nilai etika ini bukan untuk
kedisiplinan, tetapi lebih pada usaha-usaha untuk meningkatkan kepedulian
karyawan terhadap perkembangan nilai-nilai etika yang lebih berarti. Tujuan
tersebut disosialiasasikan dengan adanya sharing nilai-nilai etika dalam
organisasi. Dalam hai ini setiap anggota organisasi mempunyai status yang sama.
Dengan begitu organisasi membawa komitmen bersama yamg diaplikasikan secara
sama pada semua anggota. Karena karyawan mendapat perhatian atas kontribusinya,
maka mereka akan merasa bangga dengan nilai-nilai etika dalam organisasi.
Konsep penanaman nilai-nilai etika lebih menekankan pada aktivitas-aktivitas yang
membantu karyawan dalam pembuatan keputusan, menyediakan nasihat-nasihat dan
konsultasi etika, serta mendukung konsensus mengenai etika bisnis. Manajemen
sumber daya manusia mempunyai peranan penting dalam menjaga keseimbangan antara
penanaman nilai-nilai etika dan pemenuhan etika tersebut.
Implementasi konsep etika harus mampu diintegrasikan dalam setiap
aktivitas manajemen sumber daya manusia. Adanya konsistensi antara kebijakan
dan praktek diharapkan dapat menghindari persepsi yang ambigu yang diterima
karyawan. Sebagai contoh, jika karyawan didorong untuk melaksanakan suatu standar
etiak tertentu, tetapi standar tersebut tidak diintegrasikan dalam standar
penilaian kinerja, reward, sistem kompensasi serta sistem manajemen sumber daya
manusia lainnya, maka akan menimbulkan perasaan ketidakadilan bagi karyawan.
Dengan mengintegrasikan program etika ke dalam fungsi-fungsi organisasional
diharapkan akan menjadikan pelaksanaan konsep etika menjadi lebih efektif.
Hak-hak yang harus dipenuhi sebagai seorang karyawan agar konsep etika
dapat menghasilkan keputusan yang etis setiap level manajemen sumber daya
manusia adalah
1.
Hak atas pekerjaan , kerja merupakan hak asasi manusia
karena dengan hak akan hidup.
2.
Hak atas upah yang adil sehingga tidak ada
diskrimanitif dalam pemberian upah.
3.
Hak untuk berserikat dan berkumpul, dapat menjadi media
advokasi bagi pekerja.
4.
Hak un tuk perlindungan keamanan dan kesehatan.
5.
Hak untuk diproses hukum secara sah, hak untuk
diperlakukan sama.
6.
Hak atas rahasia pribadi.
7.
Hak atas kebebasan suara hati.
Walaupun hak-hak para pekerja telah di penuhi kadang terjadi suatu
permasalahan-permasalahan yang di alami oleh para pekerja yaitu
1.
Kolusi bentuk penyogokan yang terjadi pada calon
karyawan yang ingin naik jabatan (promosi jabatan).
2.
Lamaran peluang kerja yang mencantumkan agama dan ras
suku pada media massa.
3.
Pelatihan-pelatihan (training) yang dilakukan hanya
berdasarkan untuk mendapatkan proyek tender saja. Jadi pelatihan dilaksanakan
tidak berdasarkan kebutuhan yang ada.
4.
Pemberian hasil penilaian psikologis (ex: psikotest)
kepada seseorang yang berada di luar bidang yang berwenang. Contohnya,
pemberian hasil penilaian psikologis yang dimiliki secara otoritas oleh bidang
HRD dalam proses kegiatan rekrutmen kepada di luar bidang HRD.
5.
Pemberitahuan besaran nominal jumlah gaji kepada pihak
yang tidak berwenang.
Penjelasan dari permasalahan diatas, problem
pertama termasuk dalam permasalahan etika terkait dengan satu diantara tiga
pengertian etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), yaitu nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau bermasyarakat.
Perilaku kolusi menyogok jelas sekali merupakan tindakan jalur pintas demi
mencapai tujuannya. Jalan pintas yang dilakukan sebenarnya tidak akan menjadi
masalah jika dilakukan dalam kerangka norma kebaikan yang dapat diterima oleh
masyarakat. Namun, permasalahannya adalah jalan pintas yang digunakan
bertentangan dengan norma kebaikan yang semestinya tertera dalam kehidupan
bermasyarakat. Perjalanan untuk mencapai suatu tujuan yang baik haruslah pula
menggunakan cara yang baik. Cara yang baik itu adalah dengan memberikan usaha
yang optimal melalui kemampuan dirinya sendiri. Sehingga, promosi jabatan itu
didapat melalui keringatnya sendiri bukan berdasarkan unsur lain yang menyalahi
noma kebaikan yang berlaku.
Problem etika yang kedua berkaitan erat
dengan pengertian etika yang lain (masih dalam pengertian Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1988) yaitu, ilmu tentang yang baik dan apa yang buruk. Norma baik
yang tertanam dalam masyarakat umum adalah tidaklah etis ketika pencantuman
hal-hal yang bersifat pribadi dicantumkan dalam media massa yang melibatkan
berbagai macam kalangan pihak. Sehingga ketika pencatuman tersebut dalam hal
ini adalah ras agama ditampilkan, maka tentu menimbulkan ketidaksukaan
masyarakat akan hal tersebut. Lagi pula pencantuman kedua hal tersebut tidaklah
menjadi hal esensi dalam kompetensi yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan..
Permasalahan ketiga juga termasuk
permasalahan etika dalam kategori pengertian kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak. Dalam kode etik yang ditetapkan dalam dunia SDM tidak
dibenarkan jika pelaksanaan training hanya dijalankan semata-mata untuk proyek
saja. Buat apa menghabiskan banyak uang atau mendulang banyak uang, namun
tujuan sebenarnya dari pelatihan tidaklah didapat. Jadi, pelatihan hanya formalitas
kegiatan saja. Hal itu tentu saja merendahkan martabat.pelatihan itu sendiri.
Berkaitan dengan hal itulah menurut kelompok kami, kode etik itu ditetapkan.
Permasalahan keempat ini juga termasuk dalam
etika dalam kategori pengertian kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak. Tidak etis ketika sumber data mengenai deskripsi psikologis yang
dimiliki oleh seseorang diketahui oleh banyak pihak. Pengetahuan akan deskripsi
psikologis tersebut haruslah mempertimbangkan izin dari orang bersangkutan yang
memiliki deskripsi psikologis tersebut dan tujuan yang jelas kenapa data
tersebut dibutuhkan. Selama kedua pertimbangan tersebut tidak ada, maka
tindakan mengetahui hasil data deskripsi psikologis tersebut tidak dibenarkan
(tidak etis).
Problem kelima merupakan permasalahan etika
dalam pengertian yang sama seperti sebelumnya, yaitu kumpulan asas atau nilai
yang berkenaan dengan akhlak. Gaji merupakan ranah area pribadi yang secara
etis diketahui oleh orang yang bersangkutan saja dan pihak diatas yang mengelola
keuangan penggajian. Suatu hal pribadi jelas tidak diperkenankan untuk
diketahui oleh pihak lain tanpa seizin dari pihak yang memiliki otoritas.
Pemahaman itulah yang menjadi kumpulan dari nilai-nilai yang terbentuk dalam
suatu masyarakat sehingga membentuk perilaku akhlak seperti apa yang seharusnya
dilakukan.
Cara yang dilakukan oleh manajemen untuk
menyelesaikan permasalahan diatas dengan cara menciptakan hubungan kerja yang
sukses diantaranya:
1.
Membentuk komite karyawan dan manajemen.
2.
Membuat buku pegangan karyawan.
3.
Sistem pengupahan yang profesional.
4.
Menciptakan suasana kerja yang kondunsif
5.
Menampung keluhan, saran, kritik karyawan.
2.8.
Integrasi Konsep Etika Dengan Fungsi Manajemen Sumber
Daya manusia
Manajemen sumber daya manusia yang mempunyai
peran dalam mendukung dan memberikan inisiatif dalam pelaksanaan konsep etika
perusahaan mempunyai tugas dalam mengontrol dan mengintegrasikannya ke dalam
fungsi-fungsi organisasional yang diembannya. Implementasi konsep etika ke
dalam fungsi-funsi manajemen sumber daya manusia yaitu
1.
Seleksi, perilaku karyawan tidak terlepas pada karakter pribadi yang
dibawanya.Seperti contoh karyawan dengan kemampuan perkembangan moral yang
tinggi akan menunjukkan perilaku dan pemikiran yang lebih etis. Hal ini menjadi
penting dalam proses seleksi karyawan karena jika calon karyawan memiliki
kemampuan perkembangan moral yang tinggi maka akan lebih mudah menerima
prinsip-prinsip moral universal dibanding karyawan yang memiliki kemampuan
perkembangan moral yang rendah. Dalam hal ini biasanya manajemen mengunakan tes
untuk mengukur kemampuan perkembangan moral untuk menentukan kejujuran dan
personalitas serta sebagia alat untuk melihat karakteristik karyawan. Hal yang
penting juga dalam prosse seleksi karyawan yang lebih menitiberatkan pada
penanaman nilai-nilai etika. Karyawan harus mempunyai komitmen pada etika dan
menjadi nyaman berbicara mengenai etika. Jika konsep etika diintegrasikan dalam
organisasi, maka calon karyawan yang dibutuhakan adalah orang-orang yang
menginginkan standar etika dapat diaplikasikan dalam pekerjaan.
2.
Orientasi Karyawan, tujuan yang penting dalam konsep orientasi karyawan
adalah mengajarkan mereka norma-norma, attitude, dan beliefs yang berlaku dalam
organisasi. Nilai-nilai organisasi dapat dikomunikasikan melalui presentasi
formal dan secara implisit melalui sejarah dan mitos organisasi.
3. Training, dalam integrasi training menanamkan nilai-nilai etika agar
karyawan memilki lebih luas pengembangannya dan aktivitas training untuk
karyawan memiliki fokus yang berbeda-beda. Kareana karyawan diharuskan untuk
tahu mengenai aturan- aturan regulasi maupun kebajikan, maka penanaman
nilai-nilai etika juga harus memfokuskan pada sharing etika antar organisasi.
Training juga dapat digunakan untuk memperluas pengetahuan karyawan dan
manajer mengenai kemampuan dalam mengaplikasikan framework etika dalam
pemecahan masalah.
4. Penilaian Kinerja, proses penilaian kinerja juga dapat diartika sebagai
perwujudan proses keadilan yang mempunyai kriteria seperti konsisten, bebas dari
bias, didasarkan pada informasi yang akurat, dapat dikoreksi dan merupakan
representasi dari kinerja yang sebenarnya.. penilaian kinerja seharusnya
dikomunikasikan dalam cara penyampaian informasi mengenai keadilan antar
individu. Karyawan seharusnya diberikan
keterangan, khususnya untuk hasil yang negatif dan mereka seharusnya
diperlakukan sesuai martabat dan rasa hormat.
5. Reward dan Hukuman, pendekatan yang kompleks dapat
dilakukan dengan pemberian reward untuk perlakuan yang etis dan hukuman untuk perlakukan
kurang etis. Dengan adanya reward, diharapkan bahwa tuntunan adanay perilaku
yang lebih beretika tidak dianggap sebagai suatu tambahan beban. Tentunya
reward untuk perilaku yang etis dapat menjadi sesuatu yang berlebih-lebihan.
Manajemen sumber daya manusia harus menunjukkan dukungan kepada karyawan yang
menginginkan standar etika yang tinggi. Sehingga melalui dukungan tersebut
aspirasi program penanaman nilai-nilai etika dapat dibicarakan sungguh-sungguh
dan lebih berarti. Hukuman menyediakan pembelajaraan sosial yang penting bagi
karyawan untuk menjadi lebih sadar dan mempunyai kemauan dalam menegakkan
nilai-nilai dan etika organisasi. Jika perlu tidak etis tidak perlu diberkan
sanksi, maka karyawan akan beranggapan bahwa mereka juga dapat terhindar dari
hukuman.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian
pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
Etika sumber daya manusia
merupakan ilmu yamg menerapkan prinsip-prinsip etika dalam hubungannya dengan
manusia dan kegiatannya. Perlu adanya suatu konsep etika yang terintegrasi ke
dalam fungsi-fungsi dalam organisasi. Manajemen sumber daya manusia dalam hal
ini mempunyai peranan yang sangat penting, mengingat manajemen sumber daya
manusia bukan bertanggungjawab dalam mencegah perilaku yang tidak etis tetapi
juga bertanggungjawab dalam pengembangan moralitas karyawan dan pembentukkan
nilai-nilai etika organisasi. Melalui konsep etika , manajemen sumber daya
manusia harus bertindak sebagai ethic worke tetapi juga sebagai ethic broker. Dengan
terintegrasikan konsep etika ke dalam fungsi seleksi, orientasi karyawan,
penilaian kinerja, pemberian reward dan hukuman, diharapkan bahwa konsep etika
tidak hanya terlihat sebagai usaha sesaat saja tetapi lebih pada upaya
peningkatan nilai-nilai etika organisasi yang terus-menerus dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
id.wikipedia.org/wiki/Manajemen